Delivery teman

Monday, December 12, 2005


" 5..6..6..3..7......"

"Selamat sore, dengan Taya dari 'Friends For A Loner' ada yang bisa saya bantu..?"

"Saya Kendra, butuh teman sejati, kalau bisa sehidup semati. Saya pesan satu ya untuk hari ini, kalau bisa selamanya..."

"Ada kriteria khusus yang diinginkan..?"

"Perhatian dan penyayang. That's all."

"Sejenis atau lawan jenis?"

"Lawan jenis."

"Kriteria fisik?"

"Ga ada. All I need is just s'one who always there when I need him."

"Ok, pesanan akan tiba satu jam lagi. Karena anda memintanya untuk seumur hidup, maka kami akan menukarnya dengan semua harta dan kebahagiaan yang telah anda miliki saat ini"

"No problem.. Just take ev'thin you want..."

....

Pelangi[ku]

Monday, November 21, 2005



Di hulu, saat ku berbalik dan menatap ke kejauhan
Ada sebentuk pelangi
Merah jingga kuning hijau biru nila ungu
Utuh..
Begitu indah hingga ku tak mampu berkedip

Sekarang, di titik ini dan aku pun kembali menatap ujung-ujung jari kakiku
Hampir putus asa..
Berputar berusaha menemukan semua itu kembali
Disana ada awan, matahari, kicau burung, semilir angin,
Tapi tiada yang kucari

Mana..?

Yang ku temukan hanyalah dimensi maya masa lalu
Kugapai, kosong.
Kuraih, lepas.

Wahai tuan waktu,
[atau haruskah ku meminta untuk kesekian kalinya pada-Mu, Tuhan..?]
lemparkanku kembali ke dimensi itu!
TOLONGLAH, kumohon...
Tidakkah kausaksikan sendiri, betapa pucuk-pucuk jiwaku semakin kering dan membeku..?
Sesaat lagi kan layu, mati dan terinjak-injak
Lagi-lagi oleh mu, tuan..

Jangan..
Jangan tindas aku dengan kuasa mu
Kau memang yang PALING MAHA ATAS SEGALANYA!
Dan memang hanya kau-lah yang mampu menolongku!
Maka izinkan aku, satu kali ini saja
Untuk kembali kesana
Apapun yang kau minta, wahai tuan waktu, akan aku penuhi!
Aku rela menukar apa saja dengan pelangi itu

Sensasi kebahagiaan yang melandaku saat ia memelukku untuk pertama kalinya
Ah...
Ya, pelangi itu memelukku...dulu
Bahkan ia berkata-kata hingga manisnya masih bersemayam di hatiku
Izinkan aku merasakannya satu kali lagi, tuan..
Setidaknya agar jiwaku kembali hangat
Sebelum semua terlambat
Sebelum aku terpasung dalam beku abadi..

[seberkas cahaya dengan warna-warni yang belum pernah kulihat sebelumnya, jua tak
terdefinisikan dengan inderaku,namun sungguh sangat menakjubkan, membelah tubuhku dari berbagai penjuru]

Apa ini?

Bdg, 18 Mei 2005

Seimbang..?

Monday, May 16, 2005

Aku percaya keseimbangan

Yin Yang,
Kiri Kanan,
Baik Buruk,
Perempuan Laki-laki..

Apakah itu berarti aku melangkahi Tuhan?
Yang telah menegap tanpa penyeimbang?
Yang SATU,
Yang ESA..?

Lalu mengapa otak dan hati tak pernah seimbang?
Apakah otak memang bukan penyeimbang hati?
Atau hanya aku saja yang cacat dan tanpa daya?

Aku juga percaya Karma
Hukum timbal balik
Tidak saja untuk urusan remeh macam cinta
Tapi untuk semua.

Hari ini senang, besok-besok pasti sedih
Hari ini tawa, besok-besok pasti tangis
Kemarin-kemarin ada yang sudah dilupakan, hari ini ia datang lagi
Kemarin-kenarin semua tampak nyaman dan terkendali, hari ini semua RUSAK!!!

...

Hancur terserpih.

Aku pun sedih.

Pedih.

Rahim Ibuku, rahim ibumu

Wednesday, May 11, 2005

Uuuughhhh..sakit...

Yah, emang udah kodrat setiap perempuan kali ya untuk ngerasain yg namanya kontraksi atau kram di
sekitar perut pas lagi 'dapet' ( nama gaulnya... ) alias menstruasi setiap bulannya.Aktivitas terhambat.. Hormon berlipat.. dan emosi meningkat..hehe..

Dulu gw selalu mengutuk-ngutuk saat kontraksi itu mengunjungi dan aktivitas gw tiba-tiba terhenti
Dulu gw selalu teriak-teriak biar dia cepet pergi, supaya gw bisa sekolah dan ga bolos lagi
Dulu gw selalu menangis, mengkerut dan bergulung di tempat tidur sampai pagi
Dan dulu selalu ada mama yang bawain botol hangat buat di tekan-tekan di perut gw sampe akhirnya sakit itu hilang, jua terhanyut tidur gw malam tadi.

Sekarang, saat otak ini semakin berkembang karena tempe (katanya tempe itu memperbesar sel-sel di otak kita lho!), gw semakin berpikir.

Klo ga ada sakit ini, gw ga bakal punya 'buntut' alias ratie-ratie kecil nantinya.
Klo ga ada sakit ini, mungkin gw ga bakal sesayang ini ama mama
Klo ga ada sakit ini, entah apa bumi ini masih akan menerima dan memelihara manusia-manusia kecil yang terbit dari rahim wanita-wanita perkasa.

Rahim yang senantiasa merasakan sakit sejak usia 13
Rahim yang bertambah kuat setiap detiknya hanya untuk meneruskan takdir di bumi
Rahim yang melahirkan gw, lo, mereka, dan semua tentunya dengan cinta dan kasih sayang.

Ya, akhirnya sekarang gw bersyukur saat sakit itu datang lagi
Walaupun masih dengan sedikit deg-deg-an,
dan pertanyaan, apakah sakitnya akan sesakit bulan kemarin?
Gw tetep bersyukur.

Karena sakit itu menguatkan
Menyiapkan rahim gw untuk esok yang paling cemerlang

Unproductivity solved

Pemberitahuan...

Akhirnya saya berhasil mem-post-kan tulisan saya setelah sekian lama ga bisa nembus2 yg namanya www.blogger.com!!

Selamat mencicipi!! ;p

Hujan Kupu-Kupu

Hujan kupu-kupu membanjiri kepalamu
Seperti dulu ia membanjiri kepalaku
Kemudian mukamu, mukaku
Telingamu, telingaku

Percikan warna-warni memecah sunyi
Suaranya nyaring berdenting-denting
Hilang saja sepimu!
Tak berguna kau simpan di pojok berdebu itu
Dan kemudian basah oleh tangismu

Terbang saja!
Terbang ke hatiku.

LFM nan kotor

Friday, April 08, 2005

Hari ini hari biasa.
At least blom ada s'thing shocking or s'thing extra ordinary that happens.
Ga kaya tmn gw kemaren yg kaget gara2 ngeliat ada 4 biksu kaya di film2 shaolin yg lagi foto2 di pinggir Gedung Sate.. Haha.. That's shocking and pretty funny.. :)

Tadi pagi, disela2 kuliah yg membosankan, gw ke LFM. Dan gw menemukan ruang santai yg lumayan kotor. Rasanya sebeeeeeeeeeeeeeeel.. bgt! Baru juga minggu lalu kerja bakti, tapi kok sekarang udah kaya gini lagi..? Pengennya sih marah2 aja tu.. But I still freezing in silent. Dan tau2 sapu udah di tangan, pikiran pun melayang-layang sambil tangan terus bekerja.

Kok rasanya susah bgt yah nyadarin Kru2 LFM buat menjaga kebersihan..? Minimal nih ya, taro barang balik lagi di tempatnya dgn rapi aja kan bisa bgt mengurangi keberantakan dan kekotoran ruang santai... Udah ada tempat sampah gede yg paling cuma berjarak 15 langkah dari ruang santai (maksimal lho ya..buat yg langkahnya pendek.) masih juga lantai dianggep tempat sampah..

Rasanya dongkol..

Tapi, masa mo nyerah? Masa mo gw ato segelintir Kru laen yg peduli aja yg bebersih pagi2..? Sementara oknum-oknum pemberantak LFM itu enak2 aja ongkang2 kaki.. !!

HUH!!!

Pokoknya gw harus nemuin cara supaya Kru2 itu pada NGERTI diajarin ttg kebersihan!!!

Ketika mimpi tak menghinggapi malamku

Wednesday, April 06, 2005

Aku tak lagi bermimpi

Di kala senyap dan dingin menguliti hingga ke hati

Kau tak disini lagi

Tidak, bahkan lewat mimpi

Sepinya daku...

Wednesday, March 16, 2005

Huh.. mood lagi kacau nih..
Feel so lonely mulu...
Gara2 itu pula kmrn jadi marahan sama sang pacar.
Padahal masalahnya ga penting..
Akibatnya hari ini jadi pgn sendirian aja
Dan pgn bercerita..
Let me begin..

Siang-siang mendung,
ku langkahkan kakiku dipersenjatai dengan satu tas penuh obat anti bosan nan mujarab (berat juga..)
hanya perlu satu tempat nyaman untuk menikmati semua isi tasku dan menghilangkan penat yang bersenut-senut dikepala
akhirnya ku berlabuh di salah satu cafe di tengah kota
diapit oleh dua universitas besar
saat jam makan siang pula..
Tidak heran kalau suasananya cukup ramai.
ternyata banyak juga yang memilih untuk makan siang di cafe yang notabene cukup menguras kantong.
Aku?
cukup hanya memesan segelas iced coffee vanila.
setelah membayar dan memperoleh tempat di satu sudut yang nyaman,
kumulai membongkar isi tasku.

Buku, novel tepatnya
fiksi.. judulnya Akademos
pengarangnya seorang sarjana psikologi yang meneruskan S2-nya di jurusan filsafat.
tidak heran, novel itu begitu sarat ilmu dan filosofis.
namun hebatnya, tak ada kata bosan hinggap di otakku saat membacanya
salute! untuk sang pengarang tentunya.
Namanya?
Lebih baik tak kusebutkan... :)

Kulanjutkan membongkar
satu pak Marlboro Lights Menthol pun menyembul
tentu disertai dengan sang pacar, si korek api mungil.
kunyalakan sebatang,
kuhisap penuh penghayatan
Yah, lagi-lagi padanyalah aku melemah
Terbujuk kembali untuk menikmati tiap jengkal kepulannya
Padahal sudah tiga minggu aku berusaha tak menyapanya
Kini tersia saja semua yang lalu itu

Menthol pun mengalir deras keluar dari bibirku
Hisap...Buang...Puiih...
Terimakasih.
Kali ini cukuplah kau yang menjadi tumpahan gundahku.

Apa lagi yah benda-benda yang kubawa?
Oya, ada agenda warna-warni!
Agenda itu ku buat sendiri di awal semester yang lalu
Ia termasuk salah satu obat bosanku yang menyenangkan!
Judulnya memang agenda, tapi selain jadwal kegiatanku,
banyak juga curahan-curahan penatku disana
kadang berbentuk coretan-coretan amburadul,
kadang rapi jali dalam kata-kata yang tersusun rapi menjadi sebentuk puisi
agar tidak membosankakan, beberapa halamannya ku tempeli dengan foto-foto
atau gambar-gambar dari majalah yang aku senangi
kebetulan aku memang senang membaca dan membeli majalah
saat majalah tersebut telah menumpuk di sudut dan hampir berdebu,barulah ku ambil kembali dan ku gunting gambar-gambar menarik atau artikel-artikel bermanfaat darinya

selain itu, ada juga aneka daftar di agendaku
dari mulai daftar koleksi DVD-ku,hingga tempat-tempat nongkrong favoritku
dari mulai daftar 'things to do'hingga 'what's your movies(s) today?'
Haha..Kadang sifat rajinku memang muncul di tempat yang salah
Coba saja tengok catatan kuliahku,
mungkin yang akan kau temukan malah sepenggal dua penggal kata
yang kurangkai sedemikian rupa alih-alih tertidur di kelas
Lebih repot lagi bukan?
Membayangkan dosen kolot nan galak itu melotot saja aku sudah malas
Apalagi jika benar-benar menelan bulat omelannya akibat rasa kantukku yang ku turuti

Nah, ini dia handphone ku!
Satu lagi benda mungil hasil keajaiban teknologi yang kadang mampu menebus kelu ku
Jari jemariku pun langsung menari lincah di atas tuts-tutsnya
Sasaran sms ku kali ini adalah sahabat karibku di kota kelahiranku

Dipra.

Yah, ingatanku pun sedikit melayang kepadanya
Aku kangen!
Kangen ngobrol sama dia, ketawa-ketawa, makan bareng, jalan-jalan..
Dan terkadang membahas hal-hal serius yang tak bisa ku ceritakan pada orang lain
Dia memang seorang yang amat sangat khusus di hati dan kehidupanku.
Pertemanan kami diawali saat kami sama-sama duduk di kelas 2 SMU

Awalnya aku sebaaaaaalll.. sekali padanya
Adu mulut pun jadi makanan sehari-hari
Tapi lama-lama, jika ia tak ada, rasanya aneh
Aku justru malah kangen menghina-hina dan dihina-hinanya
Lama kelamaan kedekatan dan kekariban pun terjalin di antara kami
Kebetulan tak lama setelah kami berteman, aku putus dari pacarku
Jadi, tidak ada yang mencemburui hubungan kami
Dia?Tentu saja tidak punya gandengan..Haha..

Ini dia salah satu hal yang sering kali ku jadikan bahan celaan dan tertawaanku padanya
Dia tergolong lelaki yang akan sangat gugup dan kelu di depan perempuan yang ia suka
Lagipula, salah satu hal yang membuat ia belum pernah punya gandengan sama sekali adalah kebebasannya

Kebebasan yang menyerap di seluruh darah dan tulangnya

Ia bukanlah orang yang senang dengan komitmen
Yah, maklumlah..
Kebanyakan lelaki di zaman metroseksual ini, memang enggan berkomitmen
Betul bukan?

Hmmmmm... perjalanan persahabatan kami sempat diuji
saat aku harus melanjutkan kuliah di Bandung
Sementara ia tetap berada di Bogor dan melanjutkan kuliah disana
Saat berpisah dulu, rasanya sedih sekali
Namun lambat laun, setelah kami menemukan teman-teman dan sahabat-sahabat baru semuanya menjadi lebih mudah
Tetapi persahabatan kami tetap terjaga hingga kini
Tiada orang yang mampu menggantikan tempatnya di hatiku
Kepadanyalah aku berbalik saat badai menerpa hidupku
Ku bangun pula suatu monumen abadi untuknya di hatiku

Lho, kok jadi melankolis begini ya?
Sampai mana aku tadi?
Oya, aku sedang menulis sms untuknya
Isinya :

"Dip, tebak gw lagi dimana?! Gw lagi di Cafe!Sendirian, With a cup of coffee, a pack of Marlboro Lights Menthol, doin' my homework, and s'times dreamin.."

kutekan tombol yes

Sending message

Message Sent

Yap, sekarang tinggal menunggu balasan smsnya saja

Sementara itu, aku mengitari kepalaku ke setiap sudut di cafe ini
Cafe ini cukup nyaman dan menyenangkan untuk seorang mahasiswi sepertiku
Interiornya sederhana namun menggambarkan suatu cita rasa elegan, tidak murahan
Kursi dan bangku kayu setinggi meja makan berwarna coklat,
Diselingi dengan sofa empuk bermeja kopi yang hanya sebatas lutut,
Menjadi alternatif pilihan untuk mendaratkan pantat
Dan sekedar menyesap secangkir kopi hangat
Dindingnya di cat putih gading,
kali ini lukisan-lukisan bertema pop-art lah yang menemaninya
Setahuku, setiap bulan dekorasi yang menghias dinding itu selalu berganti
Kadang lukisan, foto, boneka barbie, bahkan kerajinan tas pun pernah terpampang disana
Cafe ini sering menjadi tempat favoritku untuk membunuh waktu
Dan sepi yang kerap kali menjadi penyakitku
Pengunjungnya kebanyakan mahasiswa atau lajang muda
yang sekedar ingin bercengkrama disana

Namun kali ini, tidak ada yang datang sendirian sepertiku...

Ya.. lagi-lagi aku harus menyesapi kembali kesepianku..Sendiri.
Sebenarnya aku benci kata itu
Namun tak kupungkiri, terkadang aku membutuhkannya.
Tapi harap dicatat!

T..E..R..K..A..D..A..N..G.....

Yah..waktu semakin merayapi tubuhku hari ini
Mungkin aku akan berhenti mengoceh untukmu
Aku hanya ingin diam,
Menyesapi Iced coffee vanila,
Menyemburkan berkepul-kepul asap Marlboro Lights Menthol,
Menunggu sms balasan dari Dipra

DIAM...

Hanya d..i...a..m....

Ada dan tiada

Tuesday, March 15, 2005

Kembali,
Lamunanku hanya ditemani sebaris tipis manis yang akhirnya sama sekali tak berkuasa menyembulkan tawa

Berbatang putih nikotin gencar memulaskan gelap disana
Menyerap rekah merah, menggantinya dengan gulita
Tiada kau, tiada dia, tiada semua yang setia

Yang ada hanya seonggok benda tak bernyawa
Melingkupiku dengan kebahagiaan semu, tawa palsu

Beku...
Hatiku pun beku seiring sendu yang tak sirna karena mu, dia, dan semua yang tak pernah ada

Time is priceless

Saturday, March 12, 2005

Adalah relung-relung batinku yang tergagap atas kenyataan
Sukar menghinggapi tiap jejak usaha yang kuhasilkan dari peluh
Gagal pun menjalin perihnya denganku...

Namun mata ini enggan menyesap semua yang terbambang
Penyangkalan demi penyangkalan melayang seolah tak puas akan takdir yang telah menggores hati
Mengoyaknya sedemikian dalam, membuat roda pemikiranku terus berputar, hanya sekedar mencari sebentuk logika atas sakit yang mendera

Hingga tibalah masa itu...
Saat butiran-butiran waktu menjawab segalanya
Memuaskan dahaga tanya di otakku
Menuntaskan daging penutup luka di hatiku
Menjelmakan ketenangan tanpa satu tanda tanya pun disisakan untuk menggelayut disana

Detik itu ku tersadar,
Waktulah yang merajaiku.

Free as a bird...

Thursday, March 10, 2005

Bebas…
Adalah mimpi tanpa batas
Adalah harapan yang terlepas dari setiap jengkal tubuhmu
Adalah mendobrak segala rintangan dan mengukir sejarahmu sendiri

Bebas...
Tanpa penjara kata-kata
Tanpa bungkaman aturan dan doktrin-doktrin busuk
Namun tetap di jalur bernama ‘tanggung jawab’

Bebas...
Suatu hal yang membantumu meringankan beban menjalani hidup disini
Lakukan apa yang menurutmu layak kau lakukan,
Lepaskan semua getah otak dan hati yang bersarang dan merusak cerahnya harimu,
Maka kau akan merasa siap untuk terisi kembali dengan segala tetek bengek kehidupan tanpa kau muak untuk terus berkubang dan mencari arti di dalamnya

Bebas...
Satu kata yang sungguh sangat bermakna bagiku.
Tanpanya aku akan terus berada di balik tempurung bapakku, menetek di balik baju emakku, terkungkung dalam mewah dan gemerlap istana kedua orangtuaku, bahagia namun tiada kan pernah mencicipi manis dan pahit kehidupan di luar sana.

Miskin pengalaman berarti mati bagiku.
Mati... berarti hilangnya kebebasan berkehendak, berkata, dan kendali atas tubuhku

Manusia tidaklah lengkap tanpa pakaian kebebasannya
Manusia tidaklah lagi disebut manusia jika menjalankan segalanya tanpa kehendaknya
Manusia hanya menjadi mesin terprogram yang menjalankan perintah empunya.

Bebas...
Berarti terbang, hinggap dan menetap dimana kau ingin merajut mimpimu
Mimpi dan harapanmu sendiri...

Hujan

Tuesday, February 22, 2005

Raindrops are falling on my head...


Untuk Hujan,



Hujan di luar jendelaku. Satu hal biasa yang senantiasa memenuhi piring sarapan pagiku. Memang, kota ini selalu diliputi hujan kapanpun aku mengerjapkan mata. Kapanpun kau mengerjapkan mata. Selalu tetes-tetes itu, rembesan-rembesan itu yang terkadang membawa mendung itu kembali lagi ke hatiku.

Entah kenapa, pagi ini aku muak.

Muak dengan tetes-tetes itu, dengan rembesan-rembesan itu yang biasanya selalu aku nikmati. Selalu aku cicipi di kala pagi mulai membangunkan hatiku. Hujan senantiasa menjadi sahabatku, menjadi pucuk-pucuk harapanku, menjadi tumpuan asa bagiku untuk tabah meniti tali panjang hari-hariku. Karena biasanya, jika hujan sedang berbaik hati kepadaku, ia senantiasa meniupkan sebaris pelangi untuk ku kecupi. Desiran angin, bau rumput basah, suara air yang menghantam kerikil, terkadang cipratan-cipratan dari kubangan, turut meperkaya pagiku yang diciptakan oleh sang hujan. Membuatku bahagia sekaligus menangis. Membuatku terbangun sekaligus tertidur kembali. Membuatku menatap kenyataan sekaligus ingin menutupnya rapat-rapat dalam gelap.


Tapi pagi ini aku muak...

Ya, muak denganmu hujan.

Dikala aku merenung mengenaimu sekaligus menancapkan makna-makna hidup di dasar otakku, membelai hatiku dan membujuknya agar menerima semua yang sudah digariskan oleh sang pencipta, aku menyadari sesuatu. Engkau bukanlah sahabatku, bukan pula musuhku. Kau, hujan, hanya garis-garis manis yang membatasi pinggiran kertas tempat seluruh cerita hidupku tertuang. Hanyalah rembesan-rembesan yang mampu melunturkan kesedihanku, namun sekaligus menghamtamkan kepalaku kembali kepada sekelumit kehidupan yang kadang kupikir tak berarti, yang terbentang di depan pintu rumahku. Walaupun berbagai kenangan telah terjalin antara aku dan hujan, semua menjadi lapur tak berarti.

Seperti pagi itu,
Saat aku dan kekasihku sedang berpiknik dengan riang di padang rumput di hutan belakang sekolahku, tertawa bahagia karena berhasil membolos dari sekolah untuk bercumbu hingga bosan, hujanlah yang membuyarkan semua tawa kami. Melengkungkan bibirku dari senyum menjadi sendu. Menghapus rona di pipiku menjadi biru dan kelabu.

Seperti sore itu,
Saat aku berseteru dengan kekasihku, dan aku berlari pergi menjauhinya, hujanlah yang menyambutku. Yang menebus isakku dengan deras suaranya. Yang membelai rambutku dengan tetesan-tetesannya. Namun, hujan pulalah yang berjasa menghamburkan kekasihku kembali padaku dan memelukku yang telah basah dan kedinginan. Hujan telah membuat kekasihku tak rela untuk melihatku disiksa dengan kebekuan yang mencekam yang tercipta dari gumpalan awan hitam di atas sana.

Seperti juga malam itu,
Saat kekasih pergi meninggalkanku, hanya semata demi perempuan yang lebih sempurna, hujanlah yang memelukku dan membiarkan tangisku pecah di bahunya. Ialah yang membiarkanku menguras habis semua emosiku, namun tetap menjagaku untuk tetap berdiri, kembali mengangkat tinggi-tinggi kepalaku, dan kemudian melangkah lagi.

Dan kini, aku semakin keras berpikir. Berusaha menentukan, apakah engkau- hujan, adalah sahabatku atau musuh terberatku. Apakah engkau memiliki maksud tersembunyi ketika mengetuk kaca jendelaku di pagi hari? Apakah engkau jujur dan rela saat ku mencerca kehidupan di depan hidungmu? Apakah engkau tulus memelukku...? Karena terkadang kau hadir di sela-sela kebosananku dan memberiku sekantung pelangi kesukaanku. Kau muncul saat kekeringan sedang melanda hatiku dan kemudian membanjiriku dengan suara-suara merdu yang keluar darimu. Namun rasanya, aku tahu jawabnya.

Bosan.

Yah, mungkin pagi ini aku hanya bosan melihatmu. Bukankah sesorang juga berhak untuk bosan kepada sahabatnya? Maaf jika aku sempat meragukan kesetiaanmu dan meremehkan kenangan-kenangan kita. Kau tetaplah sahabat terbaikku walaupun kau beberapa kali merusak rencanaku saat aku akan menapaki hariku di siang hari. Membuatku enggan beranjak dari kehangatan kasur dan selimutku untuk menjalankan kewajiban-kewajibanku. Membuatku ingin terus bermimpi atau merenung atau hanya sekedar menyesap coklat panas di beranda rumahku sambil menikmati sensasi yang kau beri dan kemudian melupakan seluruh tangung jawabku. Namun, kusadari bahwa kau tak pernah meninggalkanku. Kau tidak pernah berniat merusak hariku bahkan mungkin kau sengaja menunda awal perjalananku di hari itu agar aku terhindar dari celaka. Tidak ada yang tahu bukan? Kau juga selalu ada saat aku membutuhkanmu. Walaupun aku sadar, bahwa kau tak bisa hanya kumiliki sendiri. Kau adalah milik semua makhluk hidup di jagat ini. Tapi ku percaya bahwa kau takkan pernah melupakanku. Kau takkan pernah memalingkan wajahmu dari hari-hariku. Karena kau adalah sahabat terbaikku.

Jangan bersedih wahai hujan, jika kau menemukan seseorang yang mengumpat dan mencaci kehadiranmu di luar jendelanya. Mereka hanya belum menyadari betapa hebatnya engkau memelihara seluruh makhluk di bumi ini. Termasuk memeliharaku.




-Untuk hujan yang selalu menemani kesepianku.-

Hidup

Sunday, February 13, 2005

Hidup adalah memakan atau dimakan.

Adalah senja berganti malam. Adalah detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun yang kita siakan. Masa kini yang terasa jemu, masa lalu yang terasa pahit dan masa depan yang entah seperti apa.

Sedangkan mati adalah tak berarti.

Adalah dedaunan tanpa hijau. Adalah lubang menganga yang lalu tertutup tanah merah. Dan berhentilah semua jerih payah kita di dunia. Yang berbakti kepada Tuhan, akan merasakan indahnya dunia setelah mati. Sedang yang ingkar kepada Tuhan, akan menyesapi didihan siksa-Nya.
Begitu kira-kira yang kupelajari semasa di Sekolah Dasar. Seperti apakah persisnya itu semua? Hanya Tuhan-lah yang tahu. Manusia hanya membaca kitab-kitab suci dan membayangkan seperti apa jadinya. Walau begitu, aku tak habis pikir mengapa banyak anak Adam dan Hawa yang ingkar kepada-Nya. Berpesta pora seolah mereka kekal di dunia. Bukan bertindak seolah mereka akan mati saat berada di pesta-pesta itu. Mabuk-mabukan dengan cinta, seolah nyawa mereka tak kan pernah meregang lalu lepas dari raga. Aku? Tentu saja aku takut mati hanya dengan bekal yang seperti ini.

Hidup adalah memakan atau dimakan.

Naluri hewani yang bercokol di dasar otak manusia. Mungkin tidak semua manusia, melainkan beberapa manusia culas yang menyebabkan itu menjadi keharusan bagi semua. Menular seperti terbangnya virus-virus dari satu vektor ke vektor lain menuju korbannya yang baru.

Yang kupelajari selama ini, tertindas berarti mati. Dimakan. Tak berdaya.

Mungkin kau tak pernah merasakannya. Karena kau adalah anak emas ibumu. Murid terpandai dikelasmu. Wanita tercantik di kampusmu. Anak buah kesayangan bosmu yang berperut tambun itu! Tapi aku tak terlahir dengan keberuntungan yang berhelai-helai membanjirimu, bagai hujan yang mengguyur bumi dengan kesejahteraan.

Aku hanyalah setitik debu di antara berjuta-juta butir tanah.

Sehelai rumput di luasnya stadion bola Lebak Bulus.

Sebutir garam di laut Atlantik.

Tak bermakna. Tak terpedulikan. Dianggap tiada karena melebur dengan berjuta-juta debu lain, rumput lain, dan butir garam lain. Namun hal itu bukan alasan bagimu untuk menghinaku dan menertawakanku dengan gayamu yang sok anggun itu! Atau menertawakanku saat kacamata tebalku yang sering kau sebut dengan pantat botol itu, merosot terus ke ujung hidung pesekku. Bukankah kita semua dilahirkan dengan harga diri? Mungkin satu-satunya hal yang aku dan kamu sama-sama miliki adalah harga diri. Jadi jangan main-main dengan harga diriku! Hanya itu satu-satunya hal yang aku miliki dan aku jaga dengan seluruh keringat, darah, tubuh dan jiwaku.

Hidup adalah memakan atau dimakan.

Menekan dan tertekan (atau ditekan).

Juga berani atau takut.

Hidup adalah keseimbangan itu sendiri. Dan hidup diseimbangkan oleh mati. Prinsip inilah yang membuatku bertahan dalam menapaki setapak takdirku. Kau yang tercantik, aku yang terburuk. Kau yang terpandai, aku yang terbodoh. Kau yang terpopuler, aku yang ter-tak dikenal. Kau yang tersayang, aku yang tak pernah mengerti apa itu kasih sayang. Kau yang beruntung dan aku yang sangat malang.

Apakah aku menyerah? Tidak. Takkan pernah. Walau terkadang aku labil. Bagiku itu manusiawi. Bagiku itu adalah proses menuju kestabilan. Akankah kau tahu bahwa kau stabil jika kau tidak pernah merasakan seperti apa labil itu? Tentu kau bertanya-tanya, apa gerangan yang membuat si bodoh ini bisa berpikir demikian cerdas?! Jawabannya adalah karena aku mau. Karena aku yakin. Karena aku berusaha. Dan karena aku berdoa.

Sebodoh-bodohnya aku, jangan kira aku tak tahu bagaimana caranya berdoa dan memohon sesuatu kepada Sang Pencipta. Jangan pernah kau remehkan aku karena akulah yang mengemudikan hidupku. Akulah nahkoda dari kapal laut yang membawaku hinggap dari satu kepahitan ke kepahitan lain. Dari satu pengalaman ke pengalaman lain. Dari satu pelajaran ke pelajaran lain yang tak pernah kau dapatkan. Karena kau tak pernah mencicipi pahit. Karena ruang gerakmu selalu dihiasi dengan gula-gula beraneka rasa yang takkan pernah habis walau kau makan dalam tiap detik hidupmu. Semua serba ada. Semua tak ada yang nampak begitu sulit bagimu. Sedang aku, yang telah ditinggal mati oleh ibu semenjak ia melahirkanku, yang tidak mengetahui siapa ayah biologisku, yang terlunta-lunta semasa balita, dan yang tidak mengerti apa itu kasih sayang, ah.. kurasa tak perlu kuteruskan. Tentu bisa kau bayangkan sendiri, bukan?

Iri? Aku tidak iri. Aku hanya memberi contoh mengenai keseimbangan di dunia ini. Seperti yin-yang. Hitam dan putih yang melengkung saling melindungi dan mengisi satu sama lain. Aku berkata-kata juga untuk menguatkan mereka (dan aku sendiri tentunya) yang tak seberuntung kamu. Yang hanya memiliki kesendirian dalam setiap langkah yang ditempuh. Yang mengais-ngais hati mencari kebaikan sendiri yang bisa ditukar dengan sebungkus nasi hangat. Yang masih mampu bersyukur walau tidak pernah merasakan dinginnya lantai marmer atau hangatnya tempat tidur sepertimu. Bagi mereka dingin disaat hujan dan panas disaat kemarau adalah hidup. Hidup yang cukup dan mereka syukuri setiap hari. Tentu mereka juga menginginkan hidup yang lebih layak. Lebih enak. Lebih mudah. Begitu juga aku. Tapi bukan ketamakan dan kesombongan itu yang mereka simpan di otak dan hati masing-masing. Mereka pun mau, yakin, berusaha dan berdoa untuk mewujudkan gambaran mimpi-mimpi mereka menjadi sebentuk kenyataan. Tidak perlu manis sekali hingga takkan pernah habis seperti milikmu. Cukup dengan rasa manis yang samar-samar, aku yakin mereka akan bersyukur seratus kali lebih sering dari biasanya.

Lalu, apa sajakah yang kau lakukan dengan segala bongkahan kenikmatan itu? Sudahkah kau bersyukur seratus ribu kali setiap harinya? Karena jika mereka saja yang hanya memperoleh seperseratus dari apa yang kau miliki mampu bersyukur seratus kali setiap harinya, apalagi kamu?

[Hidup adalah senja berganti malam. Adalah detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun yang kita manfaatkan. Masa kini yang terasa bergairah, masa lalu yang terasa sarat makna dan masa depan cerah yang akan kita wujudkan.]






Kamar kost, Agustus 2004

Male Ego

Hanya aku tertebas egomu
Berdarah... lagi dan lagi
Sembuhkannya sendiri,
Tanpa pelukanmu yang tak kunjung mengangkat muka menggubrisku
Aku akan menunggu
Hanya menunggu.

minggu malam di LFM

Monday, February 07, 2005

Finally.. I made it..!!
Teng..terengteng teng teng.....!!!!!!

Proudly present....

http://katakatatakberartibanyak.blogspot.com

a simple scratch 'bout my big life.. of course this is really mean to me and maybe not for you..
But.. feel happy to share all of my pain and joyfull with all of you!

Thanx to 'mas' edo who lent me his notebook and let me create this thing without any complain at all about how long I've been used his internet conection! =D

Enjoy!


traffk